Sabtu, 21 November 2015

Contoh makalah TRI HITA KARANA














akper..poltekkes.tanjung.karang.jpg 














Disusun Oleh :

Ni Luh Putu Martin
                                        NIM              : 1515471023


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN AKADEMIK  2015 – 2016


KATA PENGANTAR

               Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha  Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul                 “TRI HITA KARANA”.  Makalah ini disusun dengan berbagai sumber yaitu media cetak dan media pendukung lainnya.  Makalah ini dibuat berbagai tujuan yaitu sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama , untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
         Lahir sebagai manusia sungguh mulia, sebab dapat memperbaiki karma. Semasih ada kesempatan banyaklah berbuat Dharma. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Dengan menerapkan Tri Hita Karana secara kreatif dan dinamis akan terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.


                                                           
                                                                                    Metro,  20 November  2015



                                                                                                    
                                                                                                     Penulis










DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………..................i
Kata pengantar………………………………………………………………..………………….ii
Daftar isi……………………………………………………………………………..…………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..………….1
            1.1  Latar Belakang…………………………………………………………………..........1
          1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..…...1
          1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..2    1.4  Manfaat…………………………………………………………………..……..……2
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………..…………..3
            2.1 Pengertian Tri Hita Karana …………………………………………….…………...3
            2.2 Bagian-Bagian Tri Hita Karana……………………………………….……………..4
           2.3 Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-Hari………………………………....…..5
           2.4 Tri Hita Karana Dalam Perkembangan Peradaban Manusia…………………………7
           2.5 Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta……………………………….7
           2.6 Tri Hita Karana  Kaitannya Dengan Nyepi…………………………….…………….8
           2.7  Tri Hita Karana  Relevansinya Pada Antisipasi World Climate Change…………....9
BAB 3 PENUTUP...……………………………………………………………………….…….11
            3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………...…..11
            3.2 Saran……………….……………………………………………………….…..…..11
DAFTAR PUSTAKA…………….……...………………………………..………….13  









BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang

            Konsep kosmologi TRI HITA KARANA merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi.  Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini.  Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan ke Tuhanan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan sesama manusia  yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berakses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya.
            Oleh karena itu keberadaan sumber daya manusia menjadi penentu terhadap kondisi lingkungan hidupnya, baik secara individu maupun secara kolektif melalui suatu sistem kelembagaan seperti Desa Adat. Untuk itulah perlu adanya tuntutan tentang kesimbangan hidup syang disebut Tri Hita Karana. Ajaran ini begitu terkenal di Indonesia, khususnya bagi umat Hindu di Bali. Dan konsepnya pun begitu ideal.


1.2     Rumusan Masalah

a.       Jelaskan pengertian  Tri Hita Karana?
b.      Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan Tuhan?
c.       Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan lingkungan?
d.      Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan manusia?


1.3              Tujuan

a.       Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pebimbing Pendidikan Agama Hindu.
b.      Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita Karana.
c.       Untuk mengetahui cara menerapkan Tri Hita Karana dalm kehidupan sehari-hari.
d.      Untuk mengetahui sebab akibat hubunga dari Tri Hita Karana.
e.       Untuk membangun rasa ingin tahu lebih mendalam mengenai Tri Hita Karana.


1.4        Manfaat

a.       Dapat mengapresiasi Tri Hita Karana dalam kehidupan.
b.      Dapat menjaga kelestarian Tri Hita Karana.
c.       Dapat membangun  hubungan harmoni dengan konsep Tri Hita Karana.


















BAB 2
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Tri Hita Karana

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat.
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga, Hita artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis. Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan kesejahteraan ” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ” maupun kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut ”Moksa ”
Dalam ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan. Menurut Wiana (2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan. Ajaran tentang kesimbangan hidup sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, baik untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk menata kehidupan yang akan datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia agar memperoleh kehidupan yang aman, damai dan sejahtera.









2.2    Bagian-Bagian Tri Hita Karana

Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:

a)    Manusia dengan Tuhannya ( Prahyangan)
Kata Parahyangan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Hyang”, yang berarti  Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, kata parahyangan berarti hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.

b)    Manusia dengan alam lingkungannya ( Palemahan)
            Kata palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”, yang berarti lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Dengan demikian selain menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita juga harus menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam semesta dengan cara menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan.

c)    Manusia dengan sesamanya ( Pawongan).
Kata Pawongan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Wong”, yang berarti orang atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, dengan cara saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

  
Untuk bisa mencapai kebahagiaan yang dimaksud, kita sebagai umat manusia perlu mengusahakan hubungan yang harmonis ( saling menguntungkan ) dengan ketiga hal tersebut diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal tersebut diatas, akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh sebab itu dapat dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah suatu yang harus dijalin dalamhidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia akan semakin jauh dari tujuan yang dicita-citakan atau sebaliknya ia akan menemukan kesengsaraan.


2.3     Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Tri Hita Karana dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara sebagai berikut:
a.         Parahyangan
Parahyangan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah sebagai berikut:
1.         Sembahyang Tri Sandya 3 kali sehari;
2.         Bertirta yatra;
3.         Menyanyikan kidung suci;
4.         Membaca, memahami dan menjalankan isi kitab suci Veda;
5.         Mebanten setiap hari raya nityakarma maupun naimitika karma;
6.         Beryajna secara tulus ikhlas (nitya yajna maupun naimitika yajna);
7.         Melakukan tapa/semadhi;
8.         Membersihkan tempat suci;
9.         Tidak meminum minuman keras;
10.     Tidak mencuri;
11.     Tidak membunuh;
12.     Dan lain-lain sebagainya.



b.    Pawongan 
Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia adalah sebagai berikut:
1)      Saling menghormati satu sama lain
2)      Saling menghargai satu sama lain
3)      Sopan santun
4)      Ramah tamah
5)      Gotong royong(saling membantu)
6)      Kasih sayang yang tulus
7)      Berani berkorban demi teman
8)      Tidak iri hati dengan orang lain
9)      Tidak dengki dengan orang lain
10)  Dan lain-lain sebagainya


c.       Palemahan
Palemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Cara menjalin hubungan yang harmonis denganlingkungan sekitar/alam semesta adalah sebagai berikut:
1)   Rajin membersihkan kamar tidur saat bangun tidur
2)   Membersihkan kamar mandi
3)   Membersihkan halaman rumah(depan,samping maupun belakang rumah)
4)   Membuang sampah pada tempatnya
5)   Menjaga kebersihan taman
6)   Menjaga kebersiahan sekolah maupun kampus
7)   Merawat tanaman(menyiram, memupuk,dan menjaga keindahan tanaman)
8)   Melakukan penghijauan
9)   Tidak menebang hutan sembarangan
10)    Dan sebagainya.

 Jika semua itu sudah dilakukan, astungkara akan tercipta hubungan yang harmonis dalam kehidupan  ini. Serta akan terwujudnya kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera. Dengan demikian sangatlah penting  menjalin hubungan yang harmonis kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kepada sesama manusia serta dengan alam semesta.

2.4       Tri Hita Karana Dalam Perkembangan Peradaban Manusia

Tri Hita Karana telah diaplikasikan di seluruh dunia, dalam berbagai bentuk aktivitas baik oleh perorangan, kelompok, negara bahkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa. Tentu saja tidak menggunakan istilah bakunya: Tri Hita Karana. Tetapi yang penting bahwa manusia sedunia telah menyadari bahwa kebenaran konsep itu telah terbukti.
Berbagai organisasi tingkat regional, nasional, dan internasional telah dibentuk untuk mewujudkan Tri Hita Karana baik secara keseluruhan maupun sektoral. Kita mengenal adanya WHO, Red Cross, Green Peace, Dewan Keamanan PBB, Pasukan perdamaian PBB, dan lain-lain.
Banyak pertanyaan yang bisa timbul karena ketidakterkaitan . Ini disebabkan karena setiap unsur Tri Hita Karana ciptaan Mpu Kuturan terjalin dan terkait satu dengan lain. Misalnya kiprah manusia untuk menjaga kelestarian alam haruslah didasarkan pada rasa bhakti kepada Ida Sanghyang Widhi, dengan tujuan pencapaian kesejahteraan bagi sesama krama Desa Pakraman.
Dalam aplikasi Tri Hita Karana secara global, belum tentu unsur-unsurnya berkaitan erat seperti itu. Misalnya kelompok pencinta penyu, melindungi populasi penyu agar tidak punah, tetapi perlu ditanyakan, apakah kegiatannya itu didasari oleh rasa bhakti kepada Tuhan YME, serta untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia ?


2.5       Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta
           
            Dalam Lontar “Buana Kosa” disebutkan bahwa tubuh manusia diciptakan oleh Yang Maha Esa dari unsur-unsur alam semesta yang disebut panca mahabhuta, yaitu: pertiwi, apah, bayu, teja, dan akasa. Oleh karena itu pengertian panca mahabhuta ada dua, yakni panca mahabhuta yang berbentuk tubuh manusia disebut buana alit, dan panca mahabhuta yang berbentuk alam semesta disebut buana agung.
            Analogi pemikiran Mpu Kuturan adalah: tubuh manusia sebagai stana sanghyang atma (Brahman) adalah sakral dan wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka alam semesta juga wajib dijaga dan dipelihara, karena tubuh manusia (buana alit) adalah juga alam semesta (buana agung).


 2.6        Tri Hita Karana  Kaitannya Dengan  Nyepi

            Nyepi yang dilaksanakan oleh pemeluk Hindu-Bali setiap penanggal ping pisan sasih kadasa (tanggal satu bulan ke-10 menurut kalender Saka-Bali) dalam rangka merayakan tahun baru Saka, adalah salah satu pelaksanaan Tri Hita Karana. Sehari sebelum Nyepi dilaksanakan upacara tawur kasanga (bhuta yadnya pada akhir bulan ke-9). Bhuta Yadnya dalam kaitan ini berarti “korban yang diadakan untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan alam”. Pada saat Nyepi, umat Hindu-Bali melaksanakan catur berata (empat pantangan), yaitu:

a)      Amati karya (tidak bekerja);
b)      Amati gni (tidak menyalakan api atau membakar sesuatu);
c)      Amati lelungaan (tidak bepergian); dan
d)     Amati lelanguan (tidak menghibur diri atau bersenang-senang).

            Dengan demikian, aplikasi Tri Hita Karana  dalam perayaan Nyepi terlihat dengan jelas, baik dari aspek pahrayangan, pawongan, maupun palemahan:
1.    Aspek parhyangan terlihat di saat Nyepi, umat Hindu-Bali melakukan samadi, dan bersembahyang memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi.
2.    Aspek pawongan terlihat adanya kegiatan dharma santih, yakni saling berkunjung dan bermaaf-maafan.
3.    Aspek palemahan terlihat dari tujuan tawur kesanga seperti yang diuraikan di atas, dan dengan adanya catur berata, manusia tidak mengotori udara dengan gas-gas buangan hasil pembakaran atau dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.


       2.7       Tri Hita Karana  Relevansinya Pada Antisipasi World Climate Change

            Dengan dasar uraian di atas maka aplikasi Trihitakarana yang bertitik sentral pada manusia patutlah dilaksanakan secara serentak mencakup ketiga unsur yang tak terpisahkan, yaitu: Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Upaya manusia untuk menjaga kelestarian alam (palemahan) tidak mungkin dapat terwujud dengan baik bila ia melupakan bhakti kepada Tuhan (parhyangan), dan tidak menebarkan cinta kasih kepada sesama umat manusia (pawongan).
            Oleh karena umat manusia sedunia dalam artian memeluk berbagai agama dan kepercayaan, maka konsep Tri Hita Karana  dapat saja disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Kitab suci dari berbagai agama mungkin saja telah menyebutkan hal itu, atau mungkin lebih tegas lagi bahwa bila manusia merusak alam atau lingkungan, maka alam-pun akan menghancurkan manusia. Ini adalah hubungan sebab – akibat yang sangat logis, dengan mencari berbagai contoh bencana-bencana alam yang disebabkan karena ulah manusia.
            Perubahan iklim dunia (World climate change) bersumber pada perusakan alam oleh teknologi modern manusia. Alam yang dimaksud, adalah alam semesta meliputi daratan, lautan, angkasa, dan atmosfir. Perusakan daratan terjadi karena pertambahan penduduk dunia yang mengakibatkan berkurangnya daerah hijauan hutan dan tanaman.
            Pencemaran laut dan sumber air lainnya karena pencemaran limbah industri atau hunian. Pencemaran angkasa karena polusi udara sebagai dampak kemajuan teknologi. Pencemaran atmosfir karena penggunaan atmosfir sebagai daerah tak bertuan, untuk berbagai keperluan komunikasi atau proyek-proyek luar angkasa. Nampaknya terjadi dua hal pokok yang kontroversial, yaitu tuntutan kemajuan teknologi di satu pihak, dengan kelestarian alam di pihak lain.

            World Climate Change sebagai dampak dari global warming dapat diatasi bila:
1. Ada persepsi yang sama dari negara-negara sedunia, bahwa Tri Hita Karana  unsur-unsurnya tidak dapat dijalankan secara terpisah, melainkan harus secara bersama-sama dengan dasar keyakinan pokok pada kepercayaan pada Tuhan YME. Tri Hita Karana  diyakini bertujuan untuk kesejahteraan umat manusia. Sangat ideal bila bangsa-bangsa di dunia dapat menerima Nyepi sebagai salah satu upaya melestarikan alam semesta; bila demikian mungkin UNFCCC/ PBB bisa mencanangkan satu hari dalam setahun, di mana semua penduduk dunia serentak melakukan “A silent day”. Kami mengusulkan tanggal itu: 23 September, karena pada saat itu siklus peredaran matahari sedang menuju ke garis lintang selatan, atau di Bali dikenal dengan istilah daksinayana.
2. Setiap negara merencanakan batasan-batasan penggunaan sumber-sumber alam untuk kepentingan teknologi – industri
3. Setiap negara merencanakan program pemeliharaan alam – lingkungan dengan efektif dan realistis.
4. UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) yakni sebuah badan khusus PBB yang menangani masalah perubahan iklim agar menyusun rumusan yang jelas dan aplicable tentang upaya-upaya yang wajib dilakukan oleh setiap negara di dunia dalam melindungi kelestarian alamnya masing-masing. PBB tidak memberikan peluang kepada negara mana pun untuk menghindar dari kewajiban melestarikan alam dengan dalih demi pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan upaya lainnya yang disebut sebagai “Emission trading”
5. UNFCCC mengenakan sangsi yang tegas kepada negara yang melanggar konvensi perlindungan kelestarian alam seperti yang sudah disepakati pada butir 4 di atas.









BAB 3
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
                
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting untuk kita mempelajari konsep Hubungan yang harmonis(Tri Hita Karana) dalam kehidupan ini. Karena dengan menjalin hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini merupakan dasar untuk mencapai kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera.
Dengan mengetahui konsep Tri Hita Karana, kita jadi lebih paham dan mengerti tentang konsep ini. Sehingga kita akan berusaha untuk mengamalkan dan menjalankan konsep Tri Hita Karana sebagai mana mestinya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan bhatin baik secara skala dan niskala.


3.2    Saran
Dengan berakhirnya penyusunan makalah saya ini, saya memberikan sedikit saran kepada:

a.       Dosen
Saya menyarankan kepada  para dosen agama Hindu, agar tidak bosan-bosannya mengajarkan konsep Tri Hita Karana kepada mahasiswanya. Agar para mahasiswa lebih paham dan mengerti apa sebenarnya Hubungan yang Harmonis itu.

b.      Mahasiswa
Kepada Mahasiswa, saya menyarankan agar selalu belajar tentang konsep-konsep agama khususnya konsep Tri Hita Karana. Karena konsep ini sangat berguna dalam kehidupan ini untuk mencapai kebahagiaan secara lahir maupun bhatin.

c.       Masyarakat umum
Kepada masyarakat umum, jagalah selalu keamanan desa pada khususnya dengan cara menjalin hubungan yang harmonis kepada semua yang terlibat disana. Bangunlah masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera.

























DAFTAR PUSTAKA
Didik, I Kadek Kardiasa,2011: makalah”Konsep Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu”, Printing. Bali,Denpasar




Tidak ada komentar:

Posting Komentar